Jumat, 09 November 2007

DEKONTRUKSI KEPEMIMPINAN KAUM TUA

Oleh Maulana Janah Dept. Kebijakan Publik KAMMI Pusat Hakikat Pemuda Hari ini, Adalah Para Pemimpin Hari Esok. (Hadits) Dalam sejarah kehidupan kebangsaan Indonesia, peranan pemuda dan mahasiswa sebagai kaum intelektual muda tidak bisa dipisahkan. Mereka selalu menjadi penggagas, pelopor dan penggerak dalam setiap upaya perubahan kehidupan semenjak sebelum kemerdekaan. Para pemuda dan mahasiswalah yang menorehkan kemerdekaan di bumi bergelar jamrud khatulistiwa ini. Peran dan kepeloporan mereka adalah bukti sejarah yang tidak bisa dihapus dalam perjalanan panjang bangsa ini. Sebut saja Boedi Oetomo 1908, Soempah Pemoeda 1928, Proklamasi Kemerdekaan RI 1945, runtuhnya Oerde lama 1966, malari 1973, Asas tunggal 1978, sampai pada tumbangnya Orde Baru 1998, semua bermula daya kritis para pemuda dan mahasiswa terhadap setuasi yang dianggap menyimpang dari amanah rakyat. Generasi muda yang satu ini memang selalu memantau berbagai setuasi dan keadaan dan memposisikan rakyat sebagai tujuan utama pembangunan sebuah bangsa atau negara. Tatkala pengkhianatan terjadi, maka para pemuda dan mahasiswa bangkit dengan idealisme, patriotisme, dan nasionalisme guna menegakkan kebenaran dan keadilan. Memang hasil perjuangan mereka selanjutnya terkadang tidak selaras dengan gagasan awal perubahan. Akan tetapi kontinuitas daya kontrolnya menjadi alat yang efektif bagi sebuah perjalanan bangsa agar tidak keluar dari falsafah dasarnya. Maraknya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) adalah bentuk-bentuk kejadian yang selalu menjadi sorotan para pemuda atau mahasiswa. Tidak jarang mereka menyampaikannya melalui bentuk aksi dan reaksi yang cukup keras. Penguasa yang menulikan diri terhadap suara-suara pemuda dan mahasiswa adalah kebodohan yang dipelihara, pejabat yang menganggap remeh kritikan mahasiswa adalah ketololan yang tak berguna. Dalam pandangan saya, pemuda dan mahasiswa adalah sumber inspirasi dan potensi dalam setiap gerak langkah pembangunan. Suara-suara mereka yang orisinal adalah suara hati nurani rakyat. Karena itu, gerak langkah perjangan pemuda dan mahasiswa harus selalu disokong oleh semua pihak manakala kita menghendaki bangsa dan negara ini mencapai kesejahteraan. *** Problematika kepemimpinan bangsa kita ditengah kehidupan yang plural tentunya membutuhkan sosok pemimpin yang mampu mengayomi semua komponen bangsa ini. Idealnya seorang pemimpin bangsa adalah pemuda yang berjiwa besar yang mampu menerima saran kritik dari berbagai pihak serta mampu merangkul semua unsur kebangsaan. Disadari atau tidak, gaya kepemimpinan nasional kita hanya mampu melahirkan kepemimpinan para kaum tua yang hanya menyeret kearah figuritas, sehingga mengabaikan nilai-nilai moral yang menjadi anutan. Kepemimpinan bangsa kita hanya berlaku bagi kelompoknya masing-masing bukan berlaku bagi masyarakat secara menyeluruh. Model kepemimpinan seperti ini, akan melahirkan sikap primordialisme yang akan menyeret kedalam pertentangan struktural satu sama lain. Misalnya, kepemimpinan bergaya nasionalisme akan bertentangan dengan model kepemimpinan sosialisme dan Islam. Dengan demikian kepemimpinan bangsa kita terjebak pada sekat-sekat kelompok dan golongan yang mengarah kepada sikap fanatisme konserpatif (bad and undetermined leadership). Ditengah problematika kontemporer, kepemimpinan bangsa kita harus mempunyai dukungan legitimasi dan kontrol masyarakat yang dinamis dan kritis, dukungan tersebut akan mampu mengeksiskan jalannya roda pemerintahan secara efektif. Dukungan publik yang kuat akan memberikan kepercayaan dan motivasi yang kuat untuk menjalankan tugas-tugas pemerintahan, faktor inilah yang melahirkan kepercayaan masyarakat. Sebab, pemimpin yang ideal mampu berbicara pada tatanan konsep dan pemikiran guna menyelesaikan berbagai konflik dan krisis yang melanda bangsa ini. David J. Schwart mengatakan bahwa prinsip kepemimpinan adalah suatu cara berfikir untuk maju, percaya akan kemajuan dan mendesak untuk maju. Namun justru realitas kepemimpinan bangsa kita, adalah terjadinya stagnasi dalam semua level kehidupan ini, yang mengarah kepada kebekuan sosial dan kultur sehingga ujung-ujungnya melahirkan banyak ketidakpastian. Oleh sebab itu, pemimpin haruslah berusaha untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi lahirnya kreatifitas dan inovasi diberbagai sendi kehidupan. Diantara permasalahan lain dalam kepemimpinan bangsa ini, adanya keengganan sebagian elit sosial politik ---kaum tua--- dalam merespon peran politik pemuda yang selama ini dianak tirikan, sementara para sesepuh kita---kaum tua---secara perlahan tapi pasti akan dikalahkan oleh jaman yang senantiasa mengalahkan mereka. Oleh karena itu, kepemimpinan pemuda sebagai kaum pemikir yang tercerahkan dan bahkan memiliki kekhasan tertentu yang tidak dimiliki lapisan sosial lainnya. Yaitu suatu lapisan sosial yang mempunyai visi jauh ke depan, mampu melihat permasalahan bangsa dan negara tercinta. Ketika bangsa ini tidak mampu untuk melihat kondisi apa yang sebenarnya terjadi, serta mampu mengarahkannya ke arah yang lebih profetik dan mencerahkan. Sebab fakta sejarah ke-Indonesian diwarnai oleh hiruk pikuk perjuangan para pemuda. Hal ini tercatat dalam lembaran-lembaran sejarah bangsa kita, dimana pemuda mampu berfikir jernih dan inovatif dalam memberikan konstribusi positif terhadap bangsa ini. Perjuangan mereka syarat dengan nilai-nilai kebenaran dan keadilan. *** Kepemimpinan bangsa kita harus dapat menjawab tantangan dalam semua lepel kehidupan. Oleh karena itu diperlukan kepemimpinan yang kredibel serta mampu mendiagnosa terhadap permasalahan krisis bangsa ini. Sudah semestinya kepemimpinan para pemuda untuk menggantikan kepemimpinan kaum tua, yang sudah seharusnya para orang tua dengan legowo untuk memberikan kesempatan kepada para pemuda guna memimpin bangsa ini. Pada dimensi inilah kepemimpinan pemuda menjadi sangat berarti dan subtansial disaat bangsa kehilangan keteladanan dari kaum tua. Pemuda dalam konteks ini harus menciptakan suatu kepercayaan (trust) dari masyarakat dengan membangun citra positif dalam berbagai unsur, memberikan keteladan, menjadi penggerak, perekat dan pemersatu masyarakat. Dalam jangka waktu yang cepat harus kembali dibangkitkan harapan dan kepercayaan masyarakat yang sudah mulai apatis terhadap tindakan para penguasa yang dihuni oleh kaum tua. Harapan yang paling mendasar dan subtansial adalah bertumpu pada kemimpinan nasional yang tegas dan berani (valiant leadership) terhadap pengambilan keputusan yang berpihak kepada rakyat kecil. Bukan keputusan atau keberpihakan yang melindungi para koruptor, pengusaha hitam pencuri uang rakyat. Oleh karena itu, harapan masyarakat kedepan adalah adanya jaminan perubahan yang mendasar, sehingga masyarakat dapat merasakan perubahan pada dimensi kebutuhan asasi bangsa Indonesia. Kepemimpinan pemuda kita harus mampu keluar dari himpitan pertentangan struktural yang menghambat terhadap langkah kemajuan dalam membangun negeri ini. Sekat-sekat primordialisme mampu diatasi secara benar dan ditempatkan secara benar pula. Sebab seringkali terjadi konplik elit politik yang berdampak pada kondisi kultur masyarakat kita yang sedang mengalami transisi perubahan. Kita perlu mencatat bahwa bangsa kita besar karena dibesarkan oleh kondisi keberagaman dan hal ini mampu ditempatkan secara benar oleh para pendahulu bangsa ini. Keberagaman dijadikan sebagai energi yang mampu memberikan semangat yang menggerakan bangsa ini untuk bangkit dari ketertinggalan dan keterpurukan. Pada tataran ini kepemimpinan pemuda dalam konteks nasional harus memiliki tiga paradigma memadai dalam konteks ke-Indonesiaan. Pertama, jiwa pemersatu, dalam kondisi bangsa yang kehilangan jati diri maka pemimpin bangsa Indonesia harus mampu kembali keakar ideologi dan budaya nasional yang asli dengan tanpa meninggalkan faktor ideologis dan kemajuan jaman, dengan mencoba mempersatukan seluruh komponen bangsa dan berusaha sekuat tenaga untuk merekatkan kembali para pembangun bangsa ini dengan ketulusan yang mendalam. Kedua, Penggerak masyarakat, kita sadar bahwa bangsa ini telah kehilangan semangat nasionalisme kebangsaannya, berkali-kali kita menyaksikan anak bangsa terjebak menjadi bangsa kuli yang hanya dipermainkan oleh bangsa lain. Keprihatinan ini harus dijawab oleh kepemimpinan nasional kita dengan menggerakkan seluruh potensi yang dimiliki oleh kita guna membangun kemandirian bangsa. Ketiga, keteladanan. Para pemimpin bangsa harus memberikan keteladanan untuk hidup bermoral, sikap hidup serta kebesaran jiwa bagi masyarakatnya. Keteladanan untuk hidup tidak dihinggapi dengan utang dan korupsi atau kekerasan adalah cara terbaik dalam membangun kepercayaan masyarakat. Masyarakat kita merindukan pemimpin yang memberikan kesejukan, keteladanan, kejujuran dalam berbagai asfek kehidupan (good and determined leadership) *** Terlepas dari argumen pembelaan terhadap ilustrasi diatas, maka untuk menjembatani hal tersebut adalah adanya sosok kepemimpinan pemuda kita yang mengantiakn kepemimpinan kaum tua, sosok kepemimpinan pemuda yang mampu diterima oleh seluruh komponen bangsa. Kepemimpinan yang mempunyai balance antara kelompok satu dengan kelompok yang lainnya. Sebagai gambaran atas realitas diatas, adalah ketika Rasul saw mampu menyelesaikan polemik ditengah kehidupan tokoh-tokoh dan pemimpin Quraisy, dimana mereka ribut dan cek-cok dalam peletakan hajar aswad pada waktu itu. Para pemimpin dan pembesar bangsa Quraisy merasa kedodoran dengan persoalan ini. Sebab mereka satu sama lain bersi keras, masing-masing suku dan kelompok yang ada pada saat itu, ingin mendapat kebagian jatah dan mereka saling mengklaim, bahwa masing-masing diantara mereka yang paling berhak untuk menempatkan kembali hajar aswad tersebut ketempatnya semula. Namun pada akhirnya Rasul saw diputuskan untuk menyelesaikan persoalan ini atas kepercayaan kabilah-kabilah dan suku Quraisy disaat itu. Ketika Rasul saw ditunjuk untuk menyelesaikan persoalan ini maka beliau melakukan tindakan yang bijaksana dan adil dengan mencoba mengambil sorban dan diletakkanlah hajar aswad tersebut diatas sorban, kemudian Rasul saw menyuruh kepada masing-masing ketua suku dan kabilah Quraisy untuk mengambil ujung dan sudut sorban diangkat secara bersama-sama sehingga masing-masing kepala suku merasa kebagian jatah. Maka para tokoh merasa berbahagia dengan tindakan yang dilakukan oleh Muhammad yang masih pemuda tapi mempunyai jiwa yang tenang dan pemikiran yang jernih dalam menyelesaikan polemik kebangsaan pada saat itu. Inilah yang saya maksud dari kepemimpinan pemuda itu, bukan kepemimpinan kaum tua yang telah menghancurkan bangsa ini kelembah ketidakberdayaan. Wallahu A’lam

Tidak ada komentar: