Selasa, 18 Desember 2007

Dubes RI di Saudi : Jemaah Haji Indonesia Tergolong Patuh

Arafah, 18/12 (Pinmas)--Duta Besar RI untuk Kerajaan Arab Saudi dan Oman, Salim Segaf al Jufri membenarkan bahwa jemaah haji Indonesia tergolong patuh terhadap aturan yang berlaku di negara itu, sehingga pemerintah setempat memberi perhatian lebih dan bantuan jika dibutuhkan.

Hal ini disebabkan disamping jumlahnya tergolong terbanyak dibanding negara lain juga mudah diatur, kata Salim Segaf al Jufri di Padang Arafah, Mekkah, Selasa, dalam pembicaraan ringan dengan MCH di tenda misi haji Indonesia.

Perhatian besar dari pemerintah Arab Saudi ditunjukkan ketika Kementrian Haji setempat ikut menandatangani kontrak katering antara Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) dengan muassasah. Ini suatu kemajuan, karena selama ini belum ada kementrian haji terlibat dan ikut mengetahui.

Dengan cara itu, kemungkinan terulangnya masalah katering seperti tahun lalu dapat dihindari karena pihak perusahaan katering dapat sanksi keras jika ingkar, kata dia.

Perhatian lain ditunjukkan adanya niat baik pemerintah kota Mekkah yang berencana membangun menara bagi jemaah haji Indonesia.

Menurutnya, Menteri Agama M Maftuh Basyuni menghendaki agar menara atau gedung yang nanti dibangun dapat menyelesaikan masalah pemondokan haji bagi jemaah Indonesia.

Seperti pernah diutarakan Menag, menurut Salim, hal itu jika direalisir dapat mengatasi pemondokan haji untuk jangka panjang. Namun, untuk pembangunannya butuh waktu minimal empat tahun kedepan.

Soal haji Indonesia dapat perhatian. Namun di sisi lain Dubes tak dapat menyangkal realitas di negeri itu dan kerap membebani pihaknya, yaitu masalah tenaga kerja Indonesia (TKI). Citra Indonesia ikut jelek. Pasalnya, kualitas SDM TKI rendah. Kebanyakan yang kerja sebagai pembantu rumah tangga.

Arab Saudi suka dengan TKI, karena ada kesamaan agama. Namun belakangan justru itu menimbulkan masalah karena yang dikirim kualitas rendah. Kalau TKI macam itu dikurangi dan kemudian banyak dikirim tenaga trampil dan profesional, tentu citra Indonesia akan baik.


Sebanyak 90 persen TKI di Arab Saudi adalah pembantu rumah tangga. Kalau diganti tenaga trampil dan profesional, akan lebih baik. Sekedar catatan, setiap tahun pihaknya mendeportasi ratusan TKI bermasalah, ia menjelaskan.

Jadi, bicara soal haji, menurut Salim, Indonesia tergolong baik, “ok”. Tapi, sisi buruk jika diangkat soal TKI. Hasilnya, “no” (umber Departemen Agama)

Tidak ada komentar: