Selasa, 18 Desember 2007

hutbah Wukuf KH.Syukri Zarkasyi : Meraih Hikmah Haji Mabrur Perlu Kesucian Hati

Arafah 18/12 (Pinmas) - Meraih hikmah haji mabrur perlu kesucian hati, zikir yang baik di Padang Arafah disertai niat tulus dengan berbekal taqwa kepada Allah. Dengan niat tulus dan hati bersih kepada Allah, maka ibadah haji dapat dilaksanakan dengan baik. Bukan sekedar kemampuan materi manusia, kata Naib Amirul Hajj, Dr.KH Abdullah Syukri Zarkasyi MA dalam khotabah wukuf di tenda utama missi haji Indonesia, Padang Arafah, Selasa (18/12).

Nampak hadir dalam acara itu Dubes RI untuk Kerajaan Arab Saudi dan Oman, Salim Segaf al Jufri, para anggota Kimisi VIII DPR dan DPD, Sekjen Depkes Sjafii Ahmad dan petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di Mekkah, Jeddah dan Madinah.

Ia mengutip firman Allah, yang artinya berbekallah, sesunggunya sebaik-baiknya bekal itu adalah taqwa. Kedudukan taqwa di sisi Allah amat penting karena Allah akan mempermudah urusan, mudah diberi rezeki dan bahkan ilmu. "Barang siapa bertaqwa, Allah akan mempermudah urusannya dan memberi rezeqi padanya dari yang tidak pernah diperhitungkan" iamenjelaskan.

Ia mengingatkan bahwa kesucian hati sangat penting untuk mendapatkan hikmah dari haji. Jika seseorang memperoleh hikmah dari haji, maka ia mendapat kebaikan yang banyak termasuk haji mabrur. Karena itu untuk mendapat hikmah hendaknya dilaksanakan dengan mata hati yang bersih, dengan mata kepala yang benar, dengan mata Iman yang benar dan dengan zikir yang baik. "Dan zikir (doa) yang baik adalah pada hari Arafah, kata pimpinan Pondok Pesantren Gontor itu.

Di Padang Arafah, dewasa ini, tengah berlangsung pertemuan akbar. Arafah penuh berkah, rahmat dan ampunan. Di tempat itupula berlangsung pertemuan jemaah dari seluruh dunia. Semua ingin mendapat ridho Allah dan mpunannya, sebagai haji mabrur, katanya.

Haji adalah Arafah. Bahkan yang sakit harus ke Arafah, sebab yang menunaikan ibadah haji wajib wukuf di Arafah, ia menjelaskan.

KH Abdullah Syukri Zarkasyi mengingatkan pula bahwa taqwa ada di dalam hati. Namun perlu dijabarkan dengan lisan, berkata yang benar dan baik disertai mengerti dengan pikiran.

Mengapa wuquf, shalat, puasa. Hal ini juga perlu dimengerti akal manusia. Namun pikiran atau akal manusia sangat terbatas dan kadang menyesatkan manusia, katanya.

Untuk itulah perlu adanya mata iman, sehingga manusia tidak berhusnuzon terhadap Allah. Sebab, Allah maha suci, kuasa atas segalanya dan maha besar.

Dijelaskannya, taqwa dengan hati, dengan lisan, dengan pikiran, dengan seluruh anggota badan dan dengan perbuatan merupakan dari penjabaran dari taqwa yang benar.

Wuquf di Arafah sangat dahsyat, sambungya. Sekitar empat juta lebih manusia mau bersusah payah datang dari jauh, penuh dengan pengorbanan harta, tenaga, pikiran, perasaan dan penuh dosa. Bahkan yang sakit pun ikut wuquf di Arafah.

Setiap tahun, dengan segala kesusahan, jumlah umat Islam yang datang terus bertambah. Semua mencari ridho Allah dan ampunan. Di sini Allah mudah mengampuni manusia, sesuai sabda Rasulullah SAW. "Tiada hari yang paling banyak Allah membebaskan hambanya dari siksaan api neraka, daripada hari Arafah. Sesungguhnya Allah SWT akan mendekat, kemudian membanggakan para hambanya itu kepada malaikat seraya berkata: Lihatlah wahai para malaikat, apa yang dikehendaki para hamba-Ku ini."

"Ini karena rahmat Allah lebih luas dari dosa kita," katanya, mengutip Sabda Nabi Muhammad SAW. Dosa apa saja diampuni Allah, kecuali syirik. Demikian kebesaran Allah, Rahman, Rahim, Maha Pengampun, Maha Penyayang, Maha Pemurah dan dapat mengabulkan doa dan Maha Segalanya, ia menjelaskan.

Naib Amirul Hajj itu mengutip hadis Nabi bahwa sebaik-baiknya manusia ialah yang bermanfaat untuk manusia dan termasuk dirinya. Karena itu diperlukan kebesaran jiwa dan ikhlas karena Allah, dan betapa kecilnya manusian dihadapan kebesaran Allah.

Kebesaran jiwa dan istiqomah juga diperlukan. Namun, ia menegaskan, hatinya harus tetap Lillah, bukan karena pujian dan bukan karena dicaci maki, dan jika sudah demikian Allah akan menolong hambanya.
(Sumber Departemen Agama)

Tidak ada komentar: